Perut kita kenyang hanya dengan satu dua piring makanan. Tubuh kita sudah tertutup nyaman dengan satu dua helai pakaian di badan. Kasur dua kali dua meter sudah lebih dari cukup untuk rebahan. Sesungguhnya tidak banyak yang benar-benar kita butuhkan. Tapi, bumi dan segala isinya akan selalu kurang dan tidak akan pernah bisa memuaskan keinginan.
Begitulah watak manusia. Batas puasnya adalah ketika tanah telah menyumpal mulutnya. Ketika hanya kain kafan yang menutupinya. Ketika gelap dan dinginnya tanah menjadi pembaringannya.
Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah salah satu tahap perjalanan panjang kita. Kesempatan mengumpulkan bekal untuk memasuki gerbang kehidupan berikutnya. Tak ada yang tahu pasti rentang waktu umurnya. Sebab tiket jemputan maut tak ada yang tahu tanggal, hari, dan jamnya.
Maka, menjadikan dunia sebagai puncak bernikmat-nikmat adalah keteledoran. Untuk apa mengejar harta mati-matian, hingga nekat menghalalkan kezhaliman, padahal akhirnya hanya akan ditinggalkan. Menjadi warisan. Diperebutkan. Tak jarang menjadi sumber perpecahan keluarga dan permusuhan. Sedangkan yang susah payah mengumpulkan, belum tentu sempat menikmati, tapi kelak harus siap mempertanggungjawabkan di hari pembalasan.
Hari ini, Allah takdirkan kita melihat begitu banyak kematian. Mulai dari mereka yang tidak kita kenal, hingga kerabat dan handai tolan. Semoga kita dapat mengambil pelajaran. Sebab, kita pun sedang berada dalam deret antrian.