Liputan Media

[Liputan Media] [bleft]

Silaturahmi

[Silaturahmi][twocolumns]

Agenda

[Agenda][bsummary]

B.A.T.A.S.

 


Betapa sering kata "batas" disebut dalam firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Di antara konsekuensi iman adalah kesediaan untuk tunduk patuh pada batasan yang ditetapkan oleh Allah Ta'ala. 


Allah menentukan takaran dan kadar segala sesuatu di dunia. Sebagaimana kita pahami, bahwa setiap yang Allah tetapkan pasti baik dan ada hikmahnya. Sebaliknya, setiap melanggar ketentuan Allah pasti ada akibat buruknya. Akibat buruk itu bisa terjadi secara langsung di dunia, atau tersimpan ke dalam bentuk dosa.


Di antara hikmah Ramadhan adalah melatih kita untuk lebih menyadari batasan Allah Ta'ala. Ketika syahwat dilemahkan oleh lapar dahaga, hati memiliki kesempatan untuk lebih sadar dan waspada. Lebih tenang untuk mentadaburi ayat-ayat-Nya.


Kecuali, Ramadhan kita maknai sekadar "hari raya". Sebuah momentum untuk merayakan nikmatnya berbuka. Memuaskan hasrat bersantap setelah seharian menahan lapar dan dahaga. Kita menahan diri pada satu sisi tapi melanggar batas di sisi lainnya. 


Kondisi ideal terwujud ketika semua berada dalam batas yang ditetapkan Allah Ta'ala. Ketika kadar melewati batasnya, saat itulah ada kezhaliman yang terjadi di sana. Kita dapat merenungkan ini dari hal yang paling dekat dan sederhana. Makan, misalnya.


Ketika yang disantap melebihi kebutuhan, saat itulah tubuh mulai kehilangan keseimbangan. Kolesterol, asam urat, gula darah melewati batas dan menjadi ancaman. Bahkan, akhirnya membuat kita enggan untuk sekadar berdiri di atas timbangan badan. 


Allah yang menciptakan kita. Allah Maha Tahu batas ideal bagi setiap ciptaan-Nya. Hanya saja, karena syahwat terlalu meraja, membuat kita sering lupa dan abai terhadap batasan Allah Ta'ala. 


Maka, beruntunglah mereka yang selalu ingat batas-batas Allah dan waspada terhadap bisikan syahwatnya.

.

.

.

@abun_nada