Seorang pria paruh baya mengambil sebungkus nasi dari etalase kaca, lalu menutup kembali pintu etalase itu, dan melangkah pergi ke arah barat.
Dalam etalase itu, di Jalan Wonosari Km 12, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, berjejer rapi belasan nasi bungkus dan beberapa dos kecil yang juga berisi nasi. Siapa pun boleh mengambil nasi-nasi tersebut dan menyantapnya.
Etalase kaca dan sebagian nasi itu disiapkan oleh dua pemuda, yang memiliki kesamaan pandangan dalam kegiatan kemanusiaan dan kegiatan sosial, yakni Ilham Prihatin dan rekannya, Fajar Kurniawan.
Semua boleh mengambil atau mengisi nasi bungkus.
Untuk menyiapkan etalase tersebut, Ilham dan Fajar rela mengeluarkan dana sebesar Rp 1,5 juta. Itu karena keduanya berinisiatif untuk membantu sesama dengan konsep memberikan nasi gratis.
"Ini adalah inisiasi kami berdua, saya sama Fajar Kurniawan. Kami adalah alumni SMTI Yogyakarta, di mana Mas Fajar dan saya memiliki kesamaan passion dalam kegiatan kemanusiaa, sehingga tercetuslah ini, nasi gratis Jogja," ucap Ilham saat ditemui di rumahnya, di Desa Srimulyo, Jalan Wonosari Km 12, Selasa, 3 Desember 2019.
Misi mereka berdua adalah membagikan rezeki yang diberikan oleh Allah, untuk sesama. Mereka memulainya dengan program itu, untuk siapa pun orang yang membutuhkan sarapan atau makan siang.
Program nasi gratis itu bukan hanya membantu mereka yang membutuhkan, tapi juga memfasilitasi orang-orang baik yang ingin bersedekah. Mereka tinggal memasukkan nasi bungkus ke dalam etalase, karena mereka berdua hanya sebagai perantara, meski untuk awal pelaksanaan program, keduanya harus merogoh kocek pribadi.
"Kami terbuka, tidak menutup atau terbatas dalam SARA, semua suku, agama, pokoknya semua boleh mengambil atau mengisi nasi bungkus," tuturnya.
Etalase kaca tempat nasi gratis di Jl Wonosari Km 12, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)
Bukan hanya memfasilitasi untuk bersedekah, keduanya menyiapkan kotak kaca transparan di samping etalase, agar orang-orang yang memiliki rezeki berlebih, bisa bersedekah dengan uang yang dimiliki. Uang itu nantinya akan digunakan untuk membeli nasi bungkus.
"Kami juga membuka peluang untuk teman-teman semua, orang-orang baik yang ada, yang kelebihan materi, untuk mengisi. Entah itu makanan, nasi lauk, atau cemilan jajanan pasar, minuman, atau berdonasi dengan sedikit harta uang ke dalam kotak infak yang sudah kami sediakan di gerobak (etalase)," ujar pedagang mainan anak ini.
Program nasi gratis itu baru dimulai pada Jumat, 29 November 2019 di Masjid At Taqwa, yang letaknya tidak jauh dari situ. Tapi mulai Minggu, 1 Desember 2019, lokasi etalase dipindahkan ke lokasi saat ini, tepat di depan rumah Ilham.
Di lokasi itu, dia lebih mudah untuk memperhatikan jika nasi sudah habis. "Insya Allah rutin setiap pagi sampai jam 15.00 stand by di situ, Jalan Wonosari Km 12. Karena keterbatasan waktu kami, belum bisa sampai 24 jam. Insya Allah lambat laun bisa 24 jam," tuturnya.
Ilham mengaku antusiasme warga cukup besar, baik yang mengambil nasi maupun yang turut menyumbang.
Hal itu bisa dilihat dari jumlah nasi di dalam etalase. Nasi yang ada selalu habis setiap sore, meski beberapa donatur silih berganti memasukkan nasi ke dalamnya.
"Hampir seminggu ini alhamdulillah selalu ada. Dibilang penuh juga belum, tapi dibilang sedikit juga tidak. Jadi berkesinambungan, dalam artian pagi ada, sebelum habis ada yang isi lagi, habis ada yang isi lagi, jadi tidak pernah penuh," ucapnya.
Ilham dan Fajar sendiri rutin menyiapkan 30 bungkus nasi. Sementara nasi yang disumbangkan oleh donatur pun jumlahnya hampir sama, yakni sekitar 30 bungkus.
Pencetus program nasi gratis Jogja, Ilham Prihatin, saat ditemui di rumahnya, Jl Wonosari Km 12, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Selasa, 3 Desember 2019. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)
Bekerja Sama dengan Penjual Nasi
Program nasi gratis yang dilakukan Ilham dan Fajar tersebut, kata Ilham, tidak akan mengganggu warung dan penjual nasi yang ada di sekitar situ. Mereka sudah memikirkan hal itu sebelum memulai, karena mereka tidak mau program sedekahnya justru merugikan orang lain.
"Meski wujudnya nasi gratis Jogja, tapi kami tetap melihat situasi kanan kiri, bahwa ada warung-warung makan, penjual sarapan pagi. Kami tidak ingin berbagi kebahagiaan tapi menindas mereka. Kami tidak ingin karena adanya kami, terus omzet mereka turun," ucapnya.
Untuk menghindari hal itu, Ilham memesan makanan dari para penjual nasi di sekitarnya. Dengan kata lain, nasi yang dibagikan gratis tersebut dibeli dari pedagang di sekelilingnya.
Saat ini ada empat penjual nasi yang telah bekerja sama dengan mereka dalam menyediakan makanan gratis. "Semua dari kami tapi diproses oleh tetangga kami. Berbagi ke tetangga karena bagaimanapun juga tetangga adalah keluarga paling dekat," tuturnya.
Ilham dan Fajar berpendapat, mereka harus tetap menjaga silaturahmi dan menjaga hati agar semuanya berjalan dengan baik, tanpa ada yang merasa dirugikan. "Sebelum memulai, kami sudah berkoordinasi dengan saudara-saudara kami yang berjualan makanan. Ada tiga orang, Pak Galih, Mbak Nur, dan Mbak Suki. Kami sudah lobi untuk menyediakan makanan selama sebulan," ujarnya.
Etalase kaca tempat nasi gratis di Jl Wonosari Km 12, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)
Berencana Tambah Titik Nasi
Program nasi gratis yang dilakukan Ilham dan Fajar memang belum berusia satu bulan, tapi itu tidak memadamkan semangat mereka untuk menebar kebaikan dan mengajak orang lain ikut bersedekah
Kata Ilham, mereka sudah merencanakan untuk membuka beberapa titik nasi gratis lainnya, meski lokasi dan waktunya belum bisa ditentukan.
"Kami memang punya visi misi menebar kebaikan tidak hanya pada satu titik. Minimal kami akan berusaha untuk Bantul dulu, setelah itu baru ke Sleman, ke Jogja, dan lain-lain. Memang kami bukan yang pertama, tapi kami mencoba untuk terus mengajak diri sendiri dan orang lain," tuturnya.
Siapkan Rp 250 Ribu per Hari
Dalam melaksanakan program nasi gratis, Ilham merogoh kocek pribadi sebesar Rp 250 ribu per hari. Uang sebesar itu digunakan untuk membeli nasi dari penjual nasi di sekitar lokasi.
Besaran dana yang dikeluarkan tersebut, diungkap seorang pemilik warung makan, Sukirah 48 tahun, warga Jalan Payak Cilik, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, yang hanya berjarak sekitar 400 meter dari lokasi nasi gratis.
Sukirah, penjual nasi yang diajak bekerja sama oleh pencetus program nasi gratis Jogja. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)
Saat ditemui di rumahnya, Suki sedang menemani cucunya yang baru saja pulang sekolah. Pintu samping rumahnya langsung terhubung dengan dapur. Beberapa jenis lauk masih tersaji di atas meja.
Kata Suki, sejak beberapa hari lalu, setiap hari Ilham menitip uang sebesar Rp 250 ribu untuk membeli nasi bungkus darinya.
Menurutnya, saat memesan nasi bungkus, biasanya Ilham menjelaskan lauk apa yang dikehendaki pada hari itu. Sehingga jumlah nasinya pun sesuai dengan harga per bungkus.
"Mas Ilham ngendiko, sak dinten jatahipun Rp 250 ewu. (Mas Ilham bilang, sehari jatahnya Rp 250 ribu). Lajeng, menawi ayam, setunggal bungkus kan Rp 10 ewu, dados menawi ayam, dadosipun 25 bungkus. (Lalu kalau nasi ayam, per bungkus harganya Rp10 ribu, jadi dapatnya 25 bungkus). Menawi nasi telur, dadosipun 31 bungkus. (Kalau nasi telur, dapatnya 31 bungkus)," tuturnya.
Suki mengaku tidak terganggu dengan adanya program nasi gratis itu. Bahkan dia merasa bersyukur, karena nasi jualannya banyak terbeli. "Mboten ngganggu dodolan kulo, malah alhamdulillah diparingi rezeki. (Tidak mengganggu jualan saya, malah alhamdulillah diberi rezeki)," lanjutnya.
Suki sangat mendukung program sedekah itu, meskipun Ilham sudah menjelaskan bahwa nantinya pembelian nasi akan bergilir dengan pedagang lainnya di sekitar lokasi itu
"Ngendikanipun dangunipun seminggu nopo nggih, nek mboten salah bade pindah pundi, ngaten. (Katanya selama seminggu, kalau tidak salah setelah itu akan pindah tempat beli, begitu)," ucapnya.
Sumber : TAGAR.ID